INFLASI
A. Pengertian Inflasi
Banyak
pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa sumber. Diantaranya:
v
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum
Inflasi
dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga, yaitu adanya kecenderungan bahwa
harga barang meningkat secara terus-menerus.
Inflasi
adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi
v
Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga barang-barang
secara umum. Dikatakan tingkat harga secara umum karena barang dan jasa itu
banyak sekali jumlah dan jenisnya. Ada kemungkinan harga sejumlah barang turun
banyak barang lainnya yang justru naik harganya. Kenaikan satu dua barang saja
bukan merupakan inflasi, kecuali bila kenaikan harga barang tersebut meluas
pada sebagian besar harga barang-barang lainya.
Definisi
Inflasi menurut para ahli :
Inflasi
adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini
berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya
uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
- Menurut Nopirin (1987:25)
Proses
kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride
tertentu.
- Menurut Samuelson dan
Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi
dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah
tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year
t-l)
rice level (year t-l)
Ada tiga
komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi,
Prathama dan Mandala (2001:203)
1)
Kenaikan harga
Harga suatu
komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode
sebelumnya.
2)
Bersifat umum
Kenaikan
harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut
tidak menyebabkan harga secara umum naik.
3)
Berlangsung terus menerus
Kenaikan
harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi
sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal
bulanan.
B. Macam-Macam Inflasi
1.
Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
Ada beberapa
inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya yaitu:
a)
Inflasi ringan
Inflasi
ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation)adalah inflasi yang lajunya
kurang dari 10% per tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara
berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b)
Inflasi sedang
Inflasi ini
memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per tahun.Tingkat
sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat laju inflasi
ini secara nyata dapat dilihat garak kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat
terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan
kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
c)
Inflasi berat
Inflasi
berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga sudah
sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang
memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d)
Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar
adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun. Inflasi ini
terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang
tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut
inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion).
2. Inflasi
Berdasarkan Penyebabnya
a)
Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan (demand full
inflation)
Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya permintaan
masyarakat akan barang-barang. Permintaan total yang berlebihan biasanya dipicu
oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi
dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan
terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena
suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh
rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas
di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku
bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.
b)
Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi (cost push inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat penawaran. Kelangkaan
produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan
secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi
nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan
produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan
produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat
terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan
peranan yang sangat penting.
Jenis
inflasi ini dibedakan menjadi dua :
- Inflasi yang disebabkan
karena kenaikan harga (price push inflation) karena kenaikan harga
bahan-bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya OPEC menaikan
harga minyak;
- Inflasi yang disebabkan
karena kenaikan upah (wages cosh inflation) misalnya karena kenaikan gaji
pegawai negeri yang diikuti usaha-usaha swasta pula, maka harga-harga
barang barang lain juga ikut naik.Biasanya inflasi karena kenaikan upah
atau gaji sangat ditakuti karena akan bias menimbulkan inflasi secara
berkelanjutan.Karena upah naik, harga-harga akan naik. Karena harga barang
naik, maka upah harus dinaikkan dan ini kemungkinan akan terus
berkelanjutan.
3. Inflasi
Berdasarkan Asalnya
Inflasi dari
segi asalnya dapat dibedakan sebagai berikut :
a)
Inflasi yang berasal dalam negeri seperti defisit anggaran belanja Negara yang
terus menerus.
Dalam
keadaan seperti ini biasanya pemerintah mengintruksikan Bank Indonesia mencetak
uang baru dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pemerintah.Selain itu
inflasi dari dalam negeri juga dapat disebabkan oleh adanya gagal panen dan
sebagainya.
b)
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
Inflasi ini
timbul karena adanya karena adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan
naiknya harga barang-barang impor. Inflasi seperti ini biasanya banyak dialami
oleh negara-negara yang sedang berkembang yang notabene sebagian besar usaha
produksinya mempergunakan bahan dan alat dari luar negeri yang timbul karena
dari adanya perdagangan internasional.
4. Kondisi
inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi
menjadi tiga bagian yaitu
1)
Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi
yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan
persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
2)
Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai
dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu
yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
3)
Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang
paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan
nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja.
C. Penyebab Inflasi
Inflasi
selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.Ada beberapa teori yang
menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi.
1). Teori
Kuantitas
Teori ini
adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam
perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi
Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum
moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang
beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap
timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
- Inflasi hanya bisa terjadi
kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral.
- Laju inflasi juga ditentukan
oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan
(ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
Teori ini
hampir sama dengan teori kuantitas keduanya berpendapat bahwa tingkat harga
terutama ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Hal ini terlihat karena
hubungan antara jumlah uang dan nilai uang,bila jumlah uang bertambah maka
harga-harga akan naik.Ini berarti nilai uang menurun karena daya belinya
menjadi rendah. Menurut teori kuantitas harga-harga adalah proporsi langsung
dari jumlah uang yang beredar atau sering di tulis sebagaiberikut:
P = k . M
Keterangan :
P : tingkat
harga
k : proporsi
tertentu
M : jumlah
uang
Tokoh yang
sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher yaitu yang dikenal Teori
Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money).Beliau mengemukakan
rumus untuk membuktikan bahwa jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli akan
sama dengan jumlah uang diterima oleh penjual yaitu :
MV = PT
Keterangan :
M : Jumlah
uang yang beredar
V :
Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat
harga
T :
Banyaknya transaksi
2). Teori
Keynes
Teori Keynes
memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional
adalah permintaan masyarakat (effective demand), hal ini terkait dengan
produksi dan kapasitas produksi yang tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang
diproduksi berakibat harga barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi inflasi.
Dasar
pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga
menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan
agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat),
akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan
barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas
produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat.
Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian
models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka
pendek. Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak
sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang
tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah
kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian
ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti
hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana
(tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat
harga yang berlaku, sehingg permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan
tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap menghilang)
3). Teori
Strukturalis
Teori ini
menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang berkembang. Menurut teori ini
yang mempengaruhi perekonomian ada dua hal penting yang dapat menimbulkan
inflasi yaitu :
a)
Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor
tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun
penyebabnya yaitu :
- Dipasar dunia,harga
barang-barang ekspor dari negara tersebut semakin memburuk.
- Produksi barang-barang ekspor
tidak responsif terhadap kenaikan harga.
b)
Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di dalam Negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk
dan pendapatan per kapita.Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam
negeri cenderung untuk naiksehingga melebihi kenaikan harga barang-barang
lain.Dampak yang ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan karyawan untuk
mendapatkan kenaikan upah dan gaji.Naiknya upah dan gaji menyebabkan kenaikan
ongkos produksi yang memacu kenaikan harga barang pula.
Inflasi
dapat disebabkan oleh kombinasi dari empat faktor:
- Persediaan Uang yang
bertambah The supply of money goes up.
- Supply dari barang yang
berkurang
- Permintaan terhadap uang
tersebut menurun
- Permintaan untuk barang –
barang lain naik. (Donny S. Makalew)
D. Pengaruh Inflasi
Inflasi
dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang secara normal. Dalam kaitanya
dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dapat membawa pengaruh sebagai berikut :
a)
Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
Pada saat
inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi spekulatif,misalnya
dengan cara membeli tanah,rumah,atau menyimpan barang-barang berharga yang
lebih menguntungkan bila dibandingkan melakukan investasi produktif yang belum
tentu akan memberikan kontribusi positif untuk selanjutnya.
b)
Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Inflasi akan
semakin berkembang bila tidak di kendalikan. Gagal mengendalikan inflasi akan
menimbulkan ketidakpastian ekonomi serta sulit di ramalkan sehingga akan dapat
mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
c)
Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi
menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah bila dibandingkan dengan
harga barang produksi dalam negeri.Maka impor berkembang lebih cepat,tetapi
ekspor akan bertambah lambat.Dengan demikian arus modal ke luar negeri akan
lebih banyak dari pada yang masuk ke dalam negeri.Keadaan seperti ini akan
mengakibatkan terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata
uang dalam negeri.
E. Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi
merupakan penyabab keresahan masyarakat dan mengakibatkan kekhawatiran
pemerintah. Oleh sebab itu pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-rendahnya
karena inflasi tidak dapat dihapuskan sama sekali.
Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu inflasi yang dibiarkan secara terus
menerus karena pemerintah mengizinkan penambahan suplai uang misalnya karena
defisit anggaran dengan mencetak uang baru.Jika inflasi yang yang terjadi tidak
disertai dengan kenaikan suplai uang ,maka inflasi itu disebut inflasi yang
tidak disahkan.
Inflasi dapat menguntungkan orang lain,sehingga menimbulkan ketegangan
social.Oleh sebab itu,tiap-tiap Negara berusaha menghindari inflasi dengan
melakukan kebijakan-kebijakan.Untuk mengatasi inflasi Bank sentral memainkan
peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada
umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.
Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian
bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral
-termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan
bahwa bank sentral yang kurang independen — salah satunya disebabkan intervensi
pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong
perekonomian — akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral
umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai
instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena
nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat
inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak
diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Secara umum
terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
1. Kebijakan
Moneter
Kebijakan
moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter
biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan
terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat. Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a)
Politik Diskonto
Politik
diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat bunga.Dengan
menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan
berkurang, karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di Bank dari pada
menjalankan investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika
timbul deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya).Dengan
diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya dari bank
karena bunga tidak memadai.
b)
Kebijakan Pasar Terbuka
Untuk
memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu dengan
politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau
menjual surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat berharga di harapkan
uang yang beredar di masyarakat bertambah,selanjutnya bila apabila dengan
menjual surat-surat berharga diharapkan uang beredar di masyarakat dapat
tersedot dari masyarakat.
c)
Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral
pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang
tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan
sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.
d)
Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan
cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat mempengaruhi jumlah
uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan ,jumlah uang
yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan
jumlah uang yang beredar cenderung turun.
2. Kebijakan
Fiskal
a)
Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan
pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan
anggaran negara agar sesuai dengan perencaan.Kalau pembelajaan Negara melampui
batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang
beredar begitu juga sebaliknya.
b)
Menaikan Tarif Pajak
Saat terjadi
inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut dapat dikurangi
dengan jalan menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan uang yang
dibelanjakan oleh masyarakat berkurang.Namun harus diperhatikan agar tidak
terjadi ketimpangan atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan masyarakat
mana yang dinaikkan pajaknya.
c)
Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah
dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan paksaan ataupun
tidak,untuk mengurangi uang yang beredar di masyarakat.Cara yang paling ampuh
dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan
simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.Dapat juga ditempuh
dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3. Kebijakan
Non-Moneter
a)
Menaikan Hasil Produksi
Kenaikan
hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil produksi dapat
dilakukan dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal ini akan berakibat
impor barang meningkat.Pertambahan jumlah barang di dalam negericenderung
menurunkan harga.
b)
Kebijakan Upah
Kebijakan
upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji tidak sering
dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini
pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara
keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi.
c)
Pengaman harga dan distribusi barang
Pemerintah
harus dapat mengendalikan kenaikan harga berbagai macam barang. Oleh karena
itu,pemerintah menetapkan harga maksimum (harga eceran tertinggi), melakukan
pengamanan harga, menetapka sanksi yang cukup berat.Apabila penetapan harga
tidak disertai dengan pengamanan yang baik,maka tidak akan memberikan hasil
yang diharapkan. Namun, kadang-kadang pengamanan harga oleh pemerintah sering
menimbulkan pasar yang tidak diinginkan.(pasar gelap).
DEFLASI
A. Pengertian Deflasi
Dalam
ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai
uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi
akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi
karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi didefinisikan
sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang
berada di masyarakat.
B. Penyebab Deflasi
Ada beberapa
hal yang dapat menjadi penyebab deflasi :
1.
Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat.
Menurunnya
jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung disebabkan karena sebagian
besar masyarakat menyimpan uangnya di bank.Masyarakat menyimpan uangnya di bank
kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena dapat
memberikan keuntungan yang cukup tinggi.Sehingga dengan demikian persediaan uang
yang ada di masyarakat semakin berkurang.Jika persediaan uang lebih sedikit
bila dibandingkan dengan jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.
2.
Meningkatnya Persediaan Barang
Kadang kala
produksi barang tidak bisa di bendung apabila permintaan barang
meningkat.Produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi
seperti itu.Jika jumlah barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual
kepada konsumen dan produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang
semakin berkurang maka akan dapat meningkatkan jumlah persediaan barang di
masyarakat akibatnya harga barang tersebut semakin menurun karena jumlahnya
banyak.
3.
Menurunnya Permintaan Akan Barang.
Apabila
permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan maka
cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.
C. Cara Mengatasi Deflasi
Salah satu
cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga. Deflasi
dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga. Apabila
seseorang pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas menggunakannya, maka
ini akan mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang jarang digunakan
tersebut. Dalam jangka waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan
sama sekali berhubung otot sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan
ini justru didiamkan, bukan tidak mungkin akan mengalami kelumpuhanselamanya.
Hal ini parallel dengan inflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan
melatih kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu
lama, hal ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot yang
melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar,
pemerintah dan semua pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali
kegiatan ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu saja
ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Lazim dikatakan oleh para analis
eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang sebenarnya tidak
memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat menaikkan
suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol persen
bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah
menjadi nol juga atau bahkan negative. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani
sementara ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya
mata uang disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata.
Cara yang
paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan
likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi
kembali berputar. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan
belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral,
pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli
surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai. Selain itu,
juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun seperti dijelaskan di
atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya tetapi hanya
sekedar pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga
bergerak naik dengan sendirinya.
Selain itu
kebijakan moneter dan fiskal juga dapat di terapkan oleh pemerintah.
1. Kebijakan
Moneter
Kebijakan
moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter
biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan
terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat.Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a)
Politik Diskonto
Politik
diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi
peredaran uang dengan jalan menurunkan tingkat bunga.Dengan menurunkan tingkat
bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah ,karena
orang akan lebih banyak menarik uangnya di Bank dari pada menjalankan
investasi.
b)
Kebijakan Pasar Terbuka
Untuk
memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu dengan
politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau
menjual surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat berharga di harapkan
uang yang beredar di masyarakat bertambah,sehingga uang yang beredar
dimasyarakat semakin bertambah.
c)
Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral
pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang
tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan
sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.Pada saat deflasi
pemerintah akan mengurangi persediaan uang kas.Sehingga uang kas yang beredar
di masyarakat akan semakin meningkat.
d)
Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan
cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat mempengaruhi jumlah
uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan ,jumlah uang
yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan
jumlah uang yang beredar cenderung turun.Jadi pada saat deflasi pemerintah
lewat bank sentral akan lebih baik menurunkan cadangan minimum.
2. Kebijakan
Fiskal
a)
Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan
pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan
anggaran negara agar sesuai dengan perencaan. Kalau pembelajaan negara melampui
batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang
beredar di masyarakat. Meski demikian diharapkan pembelanjaan negara tidak
melampui batas yang telah ditentukan.
b)
Menurunkan Tarif Pajak
Saat terjadi
deflasi uang beredar sedikit dimasyarakat. Jumlah uang beredar tersebut dapat
ditambah dengan jalan menurunkan tarif pajak. Jika tariff pajak diturunkan uang
yang dibelanjakan oleh masyarakat cenderung meningkat. Sehingga dengan demikian
uang akan lebih banyak kemasyarakat.
c)
Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah
dapat mengadakan pinjaman pemerintah baik dengan jalan paksaan ataupun
tidak,untuk menambah uang yang beredar di masyarakat. Cara yang paling ampuh
dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan mencairkan
simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank lebih banyak.Jika,
dalam keadaan deflasi.
3. Kebijakan
Non-Moneter
a)
Menurunkan Hasil Produksi
Menurunkan
hasil produksi dapat memperkecil laju deflasi.Penurunan hasil produksi dapat
dilakukan dengan cara memberikan batasan terhadap produsen. Pengurangan jumlah
barang di dalam negeri cenderung menaikan harga.
b)
Kebijakan Upah
Kebijakan
upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji sering
dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini
pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara
keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi. Jadi untuk
kebijakan ini resiko yang harus dihadapi cukup besar karena sedikit saja
mengalami kesalahan inflasi akan membayangi.