Nama saya Arif Angga Saputra, saya adalah mahasiswa
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Dilahirkan di Sukoharjo pada 24 Maret 1994. Saya lahir dan tumbuh di
Sukoharjo dalam sebuah keluarga sederhana. Orang tua saya adalah seorang
pegawai negeri sipil. Saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saya
merupakan anak dari pasangan suami istri bapak Sugiyanto dan ibu Endang
Sriningsih. Saya merupakan alumni TK Aisyiyah Bustanul Athfal, Nguter,
Sukoharjo pada 2000, alumni SD Negeri 01 Nguter pada 2006, alumni SMP Negeri 19
Surakarta pada 2009 dan alumni SMA Negeri 03 Sukoharjo pada 2012.
Perjalanan
hidup saya saat masih berada di sekolah taman kanak-kanak dengan uang saku
hanya Rp 25,00 dan terkadang tidak ada uang saku yang saya peroleh, di saat SD
sampai SMA uang saku saya bertambah dari Rp 500,00 ke Rp 2.000,00 dan saat SMA
Rp 5.000,00. Itu semua sudah termasuk biaya untuk transport ke sekolah, walaupun
mengalami kenaikan uang saku yang saya terima tatapi itu tidak berarti banyak,
karena pada saat-saat itu, semua harga sudah mengalami kenaikan. Tetapi saya
menyadari bahwa dengan pemberian uang saku tersebut orang tua saya ingin mengajari
saya bagaimana menghargai uang dan bagaiamana menghemat uang. Di tingkat
pendidikan taman kanak-kanak inilah orang tua saya sudah mulai mengajarkan pada
saya untuk selalu berhemat, jika memang ada sisa dari uang saku harus ditabung.
Orang tua sudah menyiapkan dan membelikan celengan untuk tempat menabung.
Waktu saya masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah
dasar, banyak pelajaran yang dapat saya ambil terutama pelajaran yang
ditanamkan dari orang tua. Saat di sekolah dasar, orang tua sangat keras terhadap
saya. Dalam hal prestasi di sekolah, saya diharuskan mendapat prestasi yang
bagus, setidaknya mendapatkan peringkat 3 besar dikelas. Setiap belajar malam,
saya selalu didampingi dan diberi pertanyaan dari materi yang saya sedang
pelajari. Seandainya tidak bisa menjawab pertanyaan dari orang tua, mereka
selalu memukul tangan saya dengan kayu ataupun mencubit lengan sampai saya bisa
menjawab pertanyaan dengan benar. Cara tersebut terus dilakukan sampai saya
lulus sekolah dasar. Memang cara tersebut termasuk kasar, namun dari cara
tersebut saya mendapatkan hasil yang memuaskan. Sejak kelas 1 sampai kelas 6
sekolah dasar, saya selalu mendapatkan peringkat 3 besar dikelas. Cara seperti
itu juga mengajarkan kepada saya bahwa kita harus menghargai dan menghormati
orang tua, menghargai uang yang dikeluarkan oleh orang tua kita yaitu hanya
dengan memberikan mereka prestasi dan peringkat bagus kita disekolah. Selain
mendapatkan peringkat bagus di sekolah, saya juga beberapa kali diikutsertakan
dalam lomba-lomba diajang PORSENI seperti lomba seni tari, lomba mocopat, lomba
menyanyikan lagu nasional, lomba sepak takraw, lomba lari dan lomba senam.
Walaupun tidak selalu menang dalam setiap perlombaan tersebut, tapi dari
mengikuti lomba-lomba itu saya mendapatkan banyak pelajaran kehidupan tentang
bagaimana bersosialisasi, diajarkan tidak saling menjatuhkan sesama peserta
lomba, dan selalu sportif dalam setiap pertandingan. Beberapa prestasi yang
saya dapatkan dari lomba-lomba tersebut adalah juara 3 lomba mocopat tingkat
kelurahan, juara 2 lomba menyayikan lagu nasional tingkat kelurahan dan juara
harapan 1 lomba senam tingkat kelurahan.
Setelah lulus dari bangku sekolah dasar, saya
berharap dapat melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 01 Sukoharjo. Saya belajar
keras untuk dapat diterima di sekolah tersebut, tetapi kenyataan berkata lain.
Saya tidak diterima di sekolah tersebut. Kemudian saya mencoba untuk mengikuti ujian
masuk di sekolah lain yaitu di SMP Negeri 19 Surakarta. Saya mencoba bangkit
dan tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, karena tidak ingin terjatuh untuk
yang kedua kalinya saya memperbanyak belajar dan mendalami materi yang akan
diujikan. Setelah menyelesaikan ujian masuk, saat-saat pengumunan pun tiba dan
akhirnya saya diterima. Ternyata persaingan di sekolah-sekolah sukoharjo dan
solo berbeda, di solo persaingan antar murid dalam hal prestasi lebih ketat dan
berat, banyak anak-anak pandai dan
memiliki kemauan yang besar untuk mendapatkan peringkat satu di sekolah. Di
sekolah tersebut, saya diajar sendiri oleh ibu, karena memang kebetulan ibu
bekerja di sekolah tersebut. Ini menjadi sebuah keuntungan bagi saya, karena
setiap saya mendapat tugas, dia selalu mengajari saya bagaimana cara
mengerjakan tugas tersebut. Sebelum ujian nasional, saya setiap hari selalu
diingatkan untuk belajar dan mendalami materi karena lulus atau tidaknya tergantung
nilai ujian nasional. Saya juga dititipkan di sebuah tepat kursus bahasa
inggris karena memang bahasa inggris saya saat itu tidak begitu baik. Ibu juga
selalu mengikutsertakan saya saat dia mengajar kursus matematika bagi murid smp
yang lain, karena memang itu semua dilakukan oleh ibu saya agar saya bisa lulus
ujian nasional dan mendapatkan nilai ujian yang bagus. Harapan ibu saya
tersebut akhirnya tercapai, saya lulus ujian nasional dengan nilai yang
memuaskan.
Setelah menyelesaikan ujian nasional SMP dan
dinyatakan lulus, saya melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 03 Sukoharjo. Di
sekolah tersebut saya mengalami penurunan prestasi karena memang teman-teman
saya tergolong anak-anak yang nakal. Melihat dari nilai rapot kelas sepuluh
yang jelek, saya mulai menyadari bahwa saya salah pergaulan dan mencoba membenahi
nilai di kelas sebelas dengan membatasi pergaulan dengan teman-teman yang
kurang baik dan mencoba lebih dekat dengan teman-teman yang memang memiliki
prestasi bagus disekolahan, memang banyak perbedaan antara kebiasaan teman yang
kurang baik dan baik. Dari segi kebiasaan mereka teman yang baik dan memiliki
prestasi di sekolah dalam mengisi waktu luang lebih banyak membaca buku
pelajaran serta banyak mengadakan belajar bersama sedangkan teman yang kurang
baik, lebih banyak menghabiskan waktu luang mereka dengan nongkrong atau hanya
sekedar kumpul-kumpul. Setelah berteman dengan anak-anak yang baik saya merasa
ada peningkatan prestasi dan saat ujian nasional saya mendapatkan hasil yang
bagus dengan nilai rata-rata 8,4.
Saya mulai belajar di bangku kuliah di jurusan
Pendidikan Akuntansi di Unoversitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2012
sampai sekarang. Saya beranggapan jurusan ini menjadi jurusan yang paling masuk
akal bagi saya, Saya bercita-cita menjadi seorang akuntan ataupun sebagai
seorang pengajar akuntansi. Cita-cita saya tersebut karena ingin membantu serta
mengajarkan pada siswa yang saya ajar nanti untuk menghargai uang dan
menggunakan uang sesuai kebutuhan mereka dengan begitu saya dapat menerapkan
apa yang telah diajarkan orang tua saya sejak kecil. Orang tua juga mendukung
saya untuk menjadi seorang guru, karena menurut mereka berprofesi menjadi
seorang guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia.
Saat di perguruan tinggi inilah saya ingin memiliki
usaha sendiri. Karena saya menyadari bahwa tidak selamanya saya mengandalkan
dana dari orang tua. Sekedar ingin saja tidak akan bisa membuat saya menjadi
pengusaha tetapi harus mengambil langkah nyata dan berani memulai. Saya
kemudian sedikit demi sedikit menyisihkan uang saku saya agar bisa memulai
usaha. Tanpa pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang jual pulsa, saya
terjun ke dalam dunia ini. Jual pulsa adalah usaha yang saya tekuni pertama
kali namun berakhir dengan kegagalan dikarenakan partner kerja yang membawa lari
uang pembayaran pulsa serta banyak yang menunggak pembayaran pulsa. Pada saat
itulah saya merasa pesimis untuk memiliki usaha lagi, saya mulai ragu dan takut
memulai kembali usaha yang pernah saya rintis tersebut. Namun meskipun
mengalami kegagalan, saya mencoba bangkit dan berusaha keras untuk menjadi
entrepreneur. John F. Kennedy menyatakan “Hanya orang yang berani gagal total
akan meraih keberhasilan total.” Perkataan itulah yang membakar dan
membangkitkan semangat saya untuk memulai kembali membangun usaha walaupun
hanya usaha kecil-kecilan.
Saya mulai berani melangkah setelah kegagalan
tersebut dan mencoba berusaha dari awal yaitu dengan belajar sungguh-sungguh
tentang tata cara berternak burung kenari. Inilah usaha saya kedua yang saya
pilih, setelah merasa siap untuk terjun ke dunia usaha ini, saya pun memutuskan
untuk menekuni dunia peternakan burung kenari. Dengan bermodalkan sekitar 1
juta, saya mulai membeli sepasang burung kenari, kandang burung, serta makanan
untuk burung. Penghasilan dari penjualan burung kenari memang tidak seberapa
tetapi setidaknya dapat mengurangi biaya pengeluaran orang tua untuk uang saku
kuliah saya. Namun usaha peternakan saya tersebut tidak berlangsung mulus,
karena kurang perawatan, indukan burung saya mengalami stres dan tidak mau
berproduksi lagi, karena saat itu saya tidak bisa membagi waktu antara untuk
kuliah dan untuk perawatan burung kenari. Saya pun berhenti berternak burung
dan menjual indukan burung yang saya punya. Saya berhenti karena memang saat
itu saya sulit membagi waktu antara kuliah dan usaha, waktu yang saya punya
lebih banyak saya habiskan untuk kuliah dan fokus kepada pelajaran-pelajaran
mata kuliah tersebut.
Sekarang saya mencoba bangkit dan mulai berani
melanjutkan usaha peternakan burung kenari yang dulu saya tekuni, walaupun
berangkat dari bawah lagi. Sekarang saya mencoba membagi waktu agar kuliah saya
lancar dan usaha yang saya tekuni tetap berjalan. Saya percaya walaupun
mengalami banyak kegagalan, dan hambatan, tetapi kegagalan dan hambatan
tersebut akan membawa saya kepada kesuksesan karena kesuksesan tidak bisa
diraih dengan begitu saja tetapi harus mengalami beberapa proses untuk menuju
kesana, dan kegagalan adalah jalan untuk menuju kesuksesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar