Sabtu, 08 Maret 2014

Auto Biografi



Nama saya Arif Angga Saputra, saya adalah mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dilahirkan di Sukoharjo pada 24 Maret 1994. Saya lahir dan tumbuh di Sukoharjo dalam sebuah keluarga sederhana. Orang tua saya adalah seorang pegawai negeri sipil. Saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saya merupakan anak dari pasangan suami istri bapak Sugiyanto dan ibu Endang Sriningsih. Saya merupakan alumni TK Aisyiyah Bustanul Athfal, Nguter, Sukoharjo pada 2000, alumni SD Negeri 01 Nguter pada 2006, alumni SMP Negeri 19 Surakarta pada 2009 dan alumni SMA Negeri 03 Sukoharjo pada 2012.
 Perjalanan hidup saya saat masih berada di sekolah taman kanak-kanak dengan uang saku hanya Rp 25,00 dan terkadang tidak ada uang saku yang saya peroleh, di saat SD sampai SMA uang saku saya bertambah dari Rp 500,00 ke Rp 2.000,00 dan saat SMA Rp 5.000,00. Itu semua sudah termasuk biaya untuk transport ke sekolah, walaupun mengalami kenaikan uang saku yang saya terima tatapi itu tidak berarti banyak, karena pada saat-saat itu, semua harga sudah mengalami kenaikan. Tetapi saya menyadari bahwa dengan pemberian uang saku tersebut orang tua saya ingin mengajari saya bagaimana menghargai uang dan bagaiamana menghemat uang. Di tingkat pendidikan taman kanak-kanak inilah orang tua saya sudah mulai mengajarkan pada saya untuk selalu berhemat, jika memang ada sisa dari uang saku harus ditabung. Orang tua sudah menyiapkan dan membelikan celengan untuk tempat menabung.
Waktu saya masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar, banyak pelajaran yang dapat saya ambil terutama pelajaran yang ditanamkan dari orang tua. Saat di sekolah dasar, orang tua sangat keras terhadap saya. Dalam hal prestasi di sekolah, saya diharuskan mendapat prestasi yang bagus, setidaknya mendapatkan peringkat 3 besar dikelas. Setiap belajar malam, saya selalu didampingi dan diberi pertanyaan dari materi yang saya sedang pelajari. Seandainya tidak bisa menjawab pertanyaan dari orang tua, mereka selalu memukul tangan saya dengan kayu ataupun mencubit lengan sampai saya bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Cara tersebut terus dilakukan sampai saya lulus sekolah dasar. Memang cara tersebut termasuk kasar, namun dari cara tersebut saya mendapatkan hasil yang memuaskan. Sejak kelas 1 sampai kelas 6 sekolah dasar, saya selalu mendapatkan peringkat 3 besar dikelas. Cara seperti itu juga mengajarkan kepada saya bahwa kita harus menghargai dan menghormati orang tua, menghargai uang yang dikeluarkan oleh orang tua kita yaitu hanya dengan memberikan mereka prestasi dan peringkat bagus kita disekolah. Selain mendapatkan peringkat bagus di sekolah, saya juga beberapa kali diikutsertakan dalam lomba-lomba diajang PORSENI seperti lomba seni tari, lomba mocopat, lomba menyanyikan lagu nasional, lomba sepak takraw, lomba lari dan lomba senam. Walaupun tidak selalu menang dalam setiap perlombaan tersebut, tapi dari mengikuti lomba-lomba itu saya mendapatkan banyak pelajaran kehidupan tentang bagaimana bersosialisasi, diajarkan tidak saling menjatuhkan sesama peserta lomba, dan selalu sportif dalam setiap pertandingan. Beberapa prestasi yang saya dapatkan dari lomba-lomba tersebut adalah juara 3 lomba mocopat tingkat kelurahan, juara 2 lomba menyayikan lagu nasional tingkat kelurahan dan juara harapan 1 lomba senam tingkat kelurahan.
Setelah lulus dari bangku sekolah dasar, saya berharap dapat melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 01 Sukoharjo. Saya belajar keras untuk dapat diterima di sekolah tersebut, tetapi kenyataan berkata lain. Saya tidak diterima di sekolah tersebut. Kemudian saya mencoba untuk mengikuti ujian masuk di sekolah lain yaitu di SMP Negeri 19 Surakarta. Saya mencoba bangkit dan tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, karena tidak ingin terjatuh untuk yang kedua kalinya saya memperbanyak belajar dan mendalami materi yang akan diujikan. Setelah menyelesaikan ujian masuk, saat-saat pengumunan pun tiba dan akhirnya saya diterima. Ternyata persaingan di sekolah-sekolah sukoharjo dan solo berbeda, di solo persaingan antar murid dalam hal prestasi lebih ketat dan berat,  banyak anak-anak pandai dan memiliki kemauan yang besar untuk mendapatkan peringkat satu di sekolah. Di sekolah tersebut, saya diajar sendiri oleh ibu, karena memang kebetulan ibu bekerja di sekolah tersebut. Ini menjadi sebuah keuntungan bagi saya, karena setiap saya mendapat tugas, dia selalu mengajari saya bagaimana cara mengerjakan tugas tersebut. Sebelum ujian nasional, saya setiap hari selalu diingatkan untuk belajar dan mendalami materi karena lulus atau tidaknya tergantung nilai ujian nasional. Saya juga dititipkan di sebuah tepat kursus bahasa inggris karena memang bahasa inggris saya saat itu tidak begitu baik. Ibu juga selalu mengikutsertakan saya saat dia mengajar kursus matematika bagi murid smp yang lain, karena memang itu semua dilakukan oleh ibu saya agar saya bisa lulus ujian nasional dan mendapatkan nilai ujian yang bagus. Harapan ibu saya tersebut akhirnya tercapai, saya lulus ujian nasional dengan nilai yang memuaskan.
Setelah menyelesaikan ujian nasional SMP dan dinyatakan lulus, saya melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 03 Sukoharjo. Di sekolah tersebut saya mengalami penurunan prestasi karena memang teman-teman saya tergolong anak-anak yang nakal. Melihat dari nilai rapot kelas sepuluh yang jelek, saya mulai menyadari bahwa saya salah pergaulan dan mencoba membenahi nilai di kelas sebelas dengan membatasi pergaulan dengan teman-teman yang kurang baik dan mencoba lebih dekat dengan teman-teman yang memang memiliki prestasi bagus disekolahan, memang banyak perbedaan antara kebiasaan teman yang kurang baik dan baik. Dari segi kebiasaan mereka teman yang baik dan memiliki prestasi di sekolah dalam mengisi waktu luang lebih banyak membaca buku pelajaran serta banyak mengadakan belajar bersama sedangkan teman yang kurang baik, lebih banyak menghabiskan waktu luang mereka dengan nongkrong atau hanya sekedar kumpul-kumpul. Setelah berteman dengan anak-anak yang baik saya merasa ada peningkatan prestasi dan saat ujian nasional saya mendapatkan hasil yang bagus dengan nilai rata-rata 8,4.
Saya mulai belajar di bangku kuliah di jurusan Pendidikan Akuntansi di Unoversitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2012 sampai sekarang. Saya beranggapan jurusan ini menjadi jurusan yang paling masuk akal bagi saya, Saya bercita-cita menjadi seorang akuntan ataupun sebagai seorang pengajar akuntansi. Cita-cita saya tersebut karena ingin membantu serta mengajarkan pada siswa yang saya ajar nanti untuk menghargai uang dan menggunakan uang sesuai kebutuhan mereka dengan begitu saya dapat menerapkan apa yang telah diajarkan orang tua saya sejak kecil. Orang tua juga mendukung saya untuk menjadi seorang guru, karena menurut mereka berprofesi menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia.
Saat di perguruan tinggi inilah saya ingin memiliki usaha sendiri. Karena saya menyadari bahwa tidak selamanya saya mengandalkan dana dari orang tua. Sekedar ingin saja tidak akan bisa membuat saya menjadi pengusaha tetapi harus mengambil langkah nyata dan berani memulai. Saya kemudian sedikit demi sedikit menyisihkan uang saku saya agar bisa memulai usaha. Tanpa pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang jual pulsa, saya terjun ke dalam dunia ini. Jual pulsa adalah usaha yang saya tekuni pertama kali namun berakhir dengan kegagalan dikarenakan partner kerja yang membawa lari uang pembayaran pulsa serta banyak yang menunggak pembayaran pulsa. Pada saat itulah saya merasa pesimis untuk memiliki usaha lagi, saya mulai ragu dan takut memulai kembali usaha yang pernah saya rintis tersebut. Namun meskipun mengalami kegagalan, saya mencoba bangkit dan berusaha keras untuk menjadi entrepreneur. John F. Kennedy menyatakan “Hanya orang yang berani gagal total akan meraih keberhasilan total.” Perkataan itulah yang membakar dan membangkitkan semangat saya untuk memulai kembali membangun usaha walaupun hanya usaha kecil-kecilan.
Saya mulai berani melangkah setelah kegagalan tersebut dan mencoba berusaha dari awal yaitu dengan belajar sungguh-sungguh tentang tata cara berternak burung kenari. Inilah usaha saya kedua yang saya pilih, setelah merasa siap untuk terjun ke dunia usaha ini, saya pun memutuskan untuk menekuni dunia peternakan burung kenari. Dengan bermodalkan sekitar 1 juta, saya mulai membeli sepasang burung kenari, kandang burung, serta makanan untuk burung. Penghasilan dari penjualan burung kenari memang tidak seberapa tetapi setidaknya dapat mengurangi biaya pengeluaran orang tua untuk uang saku kuliah saya. Namun usaha peternakan saya tersebut tidak berlangsung mulus, karena kurang perawatan, indukan burung saya mengalami stres dan tidak mau berproduksi lagi, karena saat itu saya tidak bisa membagi waktu antara untuk kuliah dan untuk perawatan burung kenari. Saya pun berhenti berternak burung dan menjual indukan burung yang saya punya. Saya berhenti karena memang saat itu saya sulit membagi waktu antara kuliah dan usaha, waktu yang saya punya lebih banyak saya habiskan untuk kuliah dan fokus kepada pelajaran-pelajaran mata kuliah tersebut.
Sekarang saya mencoba bangkit dan mulai berani melanjutkan usaha peternakan burung kenari yang dulu saya tekuni, walaupun berangkat dari bawah lagi. Sekarang saya mencoba membagi waktu agar kuliah saya lancar dan usaha yang saya tekuni tetap berjalan. Saya percaya walaupun mengalami banyak kegagalan, dan hambatan, tetapi kegagalan dan hambatan tersebut akan membawa saya kepada kesuksesan karena kesuksesan tidak bisa diraih dengan begitu saja tetapi harus mengalami beberapa proses untuk menuju kesana, dan kegagalan adalah jalan untuk menuju kesuksesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate

Free Hit Counter