Mobilitas
berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada
istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah tersebut mengandung
makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang
satu ke lapisan yang lain. Dengan demikian mobilitas sosial disebut juga
perpindahan sosial, gerak sosial, atau gerakan sosial. Secara umum mobilitas
sosial diartikan sebagai perpindahan orang atau kelompok orang dari strata
sosial yang satu ke strata sosial yang lain. Tetapi mobilitas sosial tidak
selalu diartikan sebagai bentuk perpindahan dari tingkat rendah ke tingkat yang
lebih tinggi karena mobilitas sosial sesungguhnya dapat berlangsung dalam dua
arah.
Mobilitas
sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan
penghasilan yang dialami individu atau seluruh anggota masyarakat. Perubahan
dalam mobilitas sosial ditandai oleh struktur sosial yang meliputi hubungan
antar individu dalam kelompok dan antara individu dengan kelompok. Baik
mobilitas individu maupun kelompok sama-sama memiliki dampak sosial. Keduanya
membawa pengaruh bagi perubahan struktur masyarakat yang bersangkutan.
Mobilitas sosial berkaitan erat dengan stratifikasi sosial karena mobilitas
sosial merupakan gerak perpindahan dari satu strata ke strata sosial yang lain.
Menurut
Paul B. Horton (1999:102), mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan
dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya
atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara
menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack (1986:83), mobilitas sosial adalah
suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan
antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dalam
dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin
bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan
mereka melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial
tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa
mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila
tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung
dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.
Mobilitas
sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan
untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup
kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat
yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila
seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada
pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih
tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi
kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak
sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
2. Jenis-jenis Mobilitas Sosial
a.
Mobilitas Vertikal
Mobilitas
vertikal adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau
sekelompok warga pada lapisan sosial yang berbeda. Dalam mobilitas vertikal
terjadi perpindahan status yang tidak sederajat dan dapat dibedakan menjadi
perpindahan naik ataupun turun dari strata satu ke strata yang lain. Mobilitas
vertikal yang naik disebut social climbing (upward mobility)
misalnya seorang staf karyawan yang dipromosikan atasan untuk menjadi kepala
sub bagian. Adapun mobilitas sosial yang turun disebut social sinking (downward
mobility), misalnya seorang manajer keuangan melakukan kesalahan fatal
dalam menuliskan laporan keuangan perusahaan, maka ia diturunkan menjadi staf
keuangan.
Mobilitas
vertikal naik memiliki dua bentuk, yaitu:
1) Naiknya orang-orang
berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu
telah tersedia, misalnya seorang guru menjadi kepala sekolah.
2) Terbentuknya
suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada,
misalnya karena ketrampilan dan keahlian yang dimiliki maka suatu perusahaan
tertentu mampu menyaingi perusahaan lama yang terlebih dahulu terkenal.
Sedangkan
mobilitas vertikal turun memiliki dua bentuk, yaitu :
1) Turunnya
kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah, misalnya karena pensiun maka
seorang direktur bank berubah menjadi rakyat biasa.
2) Turunnya
derajat sekelompok individu yang dapat berupa suatu disintegrasi dalam kelompok
sebagai suatu kesatuan, misalnya lembaga yang terkena kasus korupsi akan memiliki
derajat sosial yang rendah.
Mudah tidaknya
seseorang melakukan mobilitas vertikal salah satunya ditentukan oleh kekakuan
dan keluwesan struktur sosial dimana orang itu hidup. Mereka yang memiliki
bekal pendidikan yang tinggi dan hidup di lingkungan masyarakat yang menghargai
profesionalisme besar kemungkinan akan lebih mudah menembus batas-batas
pelapisan sosial dan naik ke kedudukan lebih tinggi sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya. Sebaliknya setinggi apapun tingkat pendidikan seseorang tetapi bila
ia hidup pada suatu lingkungan masyarakat yang masih kuat nilai-nilai
primordialisme dan sistem hubungan koneksi maka kecil kemungkinan orang
tersebut akan bisa lancar jenjang karirnya dalam bekerja.
Secara umum,
prinsip-prinsip dalam mobilitas vertikal yang perlu diperhatikan adalah :
1) Hampir tidak
ada masyarakat yang sifat sistem pelapisan sosialnya secara mutlak tertutup
sekalipun itu pada masyarakat yang berkasta. Misalnya, di India, seorang kasta
Brahmana apabila melakukan kesalahan besar dapat dikeluarkan dari kastanya dan
turun menjadi kasta yang lebih rendah.
2) Betapa pun
terbukanya sistem lapisan sosial dalam suatu masyarakat tidak mungkin gerak
sosial vertikal dapat dilakukan sebebas-bebasnya, sedikit banyak akan ada
hambatan-hambatan.
3) Gerak sosial
vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tidaklah ada setiap masyarakat
mempunyai ciri tersendiri bagi gerak sosialnya.
4) Laju gerak
sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik serta
pekerjaan adalah berbeda-beda.
5) Berdasarkan
bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh
faktor ekonomi, politik dan pekerjaan tidak ada kecenderungan yang kontinum
perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial. Hal ini berlaku bagi
suatu Negara, lembaga sosial yang besar dan juga bagi sejarah manusia.
b.
Mobilitas Horizontal
Mobilitas
horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang
dalam lapisan sosial yang sama. Dalam mobilitas horizontal terjadi perpindahan
yang sederajat tidak terjadi perubahan derajat kedudukan seseorang atau
sekelompok orang. Ciri utama
mobilitas horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami
perubahan. Mobilitas horizontal sangat diperlukan untuk penyegaran peningkatan
daya
hasil dan daya guna sehingga perananya dapat lebih
efektif dan efisien. Mobilitas horizontal tidak menimbulkan pengaruh terhadap
tinggi-rendahnya status atau kedudukan sosial seseorang. Selain itu mobilitas
horizontal dapat terjadi karena terpaksa ataupun sukarela. Contoh mobilitas
horizontal antara lain, perpindahan penduduk karena bencana alam direlokasi ke
daerah transmigrasi, atau migrasi yang dilakukan penduduk desa ke kota untuk
mencari pekerjaan karena di desa sudah tidak ada pekerjaan lagi.
c. Mobilitas Antargenerasi
Mobilitas antargenerasi
adalah perpindahan antara dua generasi atau lebih. Pada mobilitas ini yang
menjadi landasan adalah status ekonomi dan terjadi di lembaga keluarga. Jenis
mobilitas ini yang sering terjadi di dalam masyarakat. Jika seorang yang
mempunyai kecerdasan maupun kepintaran, maka orang tersebut dapat naik
statusnya dan sebaliknya. Mobilitas ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Mobilitas
Intergenerasi
Merupakan
perpindahan status sosial yang terjadi di antara beberapa generasi. Mobilitas
intergenerasi terdiri dari 2 bentuk yaitu mobilitas intergenerasi yang naik dan
mobilitas intergenerasi yang turun. Misalnya, bapaknya adalah seorang direktur
bank sedangkan anaknya hanya menjadi staf karyawan bank.
2) Mobilitas
Intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas
yang terjadi di dalam satu kelompok generasi yang sama. Misalnya, adiknya
seorang kepala sekolah sedangkan kakaknya hanya menjadi guru.
d. Mobilitas Geografis
Gerak sosial ini adalah
perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti
transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi. Mobilitas geografis terjadi akibat
keadaan daerah tempat tinggal suatu masyarakat tidak kondusif untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat yang merasa termarginalkan akhirnya
melakukan gerak sosial untuk mencari yang memberikan suasana pemenuhan hidup
secara memuaskan. Tetapi, bentuk mobilitas demikian akan menimbulkan
masalah-masalah sosial di daerah yang dituju. Diantara masalah tersebut
adalah kependudukan, kriminalitas, serta tempat tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar